Analyse inch’allah dimanche

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah
Reputasi Prancis sebagai tanah subur menjanjikan atau la terre d’accueil menarik orang-orang sekitar Prancis untuk datang bekerja walau sebagai buruh kasar. Selain itu, kurangnya tenaga kerja dan angka kelahiran yang rendah menyebabkan Prancis juga menerima tenaga kerja imigran tersebut walau tanpa peraturan hukum yang jelas sejak pertengahanabad ke-19. Pada mulanya, imigran yang datang dari negara tetangga seperti Spanyol, Italia, dan Belgia yang kelebihan tenaga kerja serta memiliki budaya, tradisi, cuaca, dan makanan yang serupa. Hal tersebut bertujuan agar memudahkan para imigran untuk beradapatasi dan berkerja di Prancis. Namun, setelah meletusnya Perang Dunia II, Prancis juga mulai merekrut imigran dari daerah kolonial diAfrika Utara dan Indocina sebagai relawan tentara untuk turut serta membantu dalam perang. Para imigran dari daerah kolonial ini dijanjikan akan diberikan kemerdekaan bila turut membantu dalam perang.
Setelah Perang Dunia II, Prancis kehilangan banyak tenaga kerja sedangkan ekonomi Prancis harus terus berjalan. Oleh karena itu, Prancis merekrut besar-besaran para imigran magribi terutama dariAljazair. Hukum Prancis tidak lagi melarang untuk mengajak sanak keluarga turut serta tinggal di Prancis. Para pria imigran yang sudah bertahun-tahun bekerja di Prancis diperbolehkan mengajak istri, dan anaknya untuk tinggal di Prancis. Pada tahun 1974, pemerintahan Chirac mengizinkan para keluarga imigran tinggal di Prancis yang kemudian dinamakan le regroupment familial. Kemudian Prancis harusmenghadapi masalah integrasi yang terjadi.
Di sisi lain Prancis sedang mengalami revolusi seksual akibat dari gerakan Mei 1968 yang membangkitkan gerakan feminisme Prancis dan mengakibatkan tingkat perkawinan resmi menurun. Hal ini disebabkan oleh lahirnya para “anarkis” yang menganggap perkawinan tidak lain dari pembelengguan perempuan. Karena sebelumnya, perempuan dianggap sebagai objeklaki-laki.
Gerakan Mei 1968 menghasilkan banyak perubahan mendasar dalam kehidupan masyarakat Prancis, di antaranya sistem pendidikan di Prancis yang lebih bebas, kemudahan masuknya imigran asing, norma kehidupan yang semakin liberal, serta semakin diakuinya kesetaraan antara pria dan wanita. Dengan semakin diakuinya eksistensi wanita yang selama ini hanya dianggap sebagai gender kedua, wanitamenjadi lebih sadar akan pentingnya pendidikan. Akibatnya, jumlah wanita yang mengenyam pendidikan mengalami peningkatan sejak adanya peristiwa Mei 1968.
Peristiwa tersebut juga memberikan dampak lain, yakni pada kebebasan individu untuk berbicara dan menyampaikan pendapat. Selain itu lewat peristiwa tersebut, kesetaraan gender antara pria dan wanita juga semakin diakui. Seiring dengan kesadarantersebut, paham feminisme pun mulai masuk ke Prancis. Revolusi seksual tersebut tidak hanya merubah kedudukan para perempuan Prancis dalam kehidupan sosial, tetapi juga membawa pengaruh bagi para perempuan imigran Aljazair yang direpresentasikan oleh Zouina, tokoh utama dalam film Inch’Allah Dimanche.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, berikut adalahpokok-pokok permasalahan yang akan dibahas dalam makalah : “Bagaimanakah konstruksi identitas perempuan imigran maghribi tahun 1970-an di Prancis dalam film Inch’Allah Dimanche?

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan makalah ini selain sebagai tugas akhir dalam mata kuliah Multikulturalisme di Prancis, adalah untuk mengetahui dan memahami konstruksi identitas perempuan maghribi tahun 1970-an diPrancis.
BAB II
Analisis Inch’Allah Dimanche

Inch’Allah Dimanche merupakan memoar kehidupan ibu Yamina Benguigui sebagai generasi pertama imigran Aljazair di Prancis. Film ini dimulai pada tahun 1974 ketika pemerintah Prancis mengizinkan keluarga imigran maghribi untuk turut bergabung di Prancis secara legal. Zouina, tokoh utama dalam film dan merefleksikan ibu Yamina, harus turut ke Prancis…